Pada hari Jumat (28/05/21) telah diadakan diskusi dengan mengusung tema “Pendidikan Berbasis Masyarakat/Komunitas” di kantor Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) Jl. Simo Pomohan II No. 2A. Pemantik diskusi adalah Mahrawi atau akrab disapa Rowi dari Divisi Sanggar Merah Merdeka, sedangkan untuk moderator jalannya diskusi ialah Rm. Paulus Dwintarto CM selaku koordinator dari Divisi Pusat Pengembangan Sosial.
Diskusi ini dihadiri oleh beberapa relawan dan seluruh anggota dari masing-masing divisi yang bernaung di YKBS. Secara keseluruhan acara berjalan cukup hangat karena banyak teman-teman yang berani menyampaikan pendapatanya terkait dengan tema diskusi.
Dalam prosesnya, Rowi sebagai pemantik diskusi menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pendidkan berbasis komunitas atau community– based education adalah model penyelenggaran pendidikan yang bertumpu pada prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan yang memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat, sedangkan pendidikan oleh masyarakat berarti masyarakat bukanlah objek pendidikan melainkan ditempatkan sebagai subjek atau pelaku pendidikan. Pada konteks ini, masyarakat dituntut berperan aktif dalam setiap program pendidikan. Adapun pendidikan untuk masyarakat artinya mengikutsertakan masyarakat dalam semua program yang telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Si pemantik juga memaparkan contoh model pendidikan berbasis komunitas seperti pendidikan yang diselenggarakan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. SALAM meyakini, bahwa untuk menyelenggarakan pendidikan tidaklah cukup hanya dilakukan di dalam ruang kelas antara guru dan siswa. Maka diperlukan proses belajar yang secara holistik terbangun relasi dengan orang tua murid dan lingkungan setempat. Seluruh proses pendidikan dibangun atas dasar kebutuhan kolektif, berangkat dari kesepakatan bersama seluruh warga belajar. Begitu juga cara pandang, metode belajar mengajar, media yang digunakan, sumber-sumber logistik, pendanaan, serta adat istiadat yang juga harus bersumber dari komunitas setempat.
Masih di tempat dan topik pembicaraan yang sama. Salah satu peserta diskusi mengatakan bahwa ada pendidikan berbasis komunitas yang pada tahap awal murni bersumber dari masyarakat. Namun seiring berjalannnya waktu pendidikan semacam ini juga melibatkan unsur pemerintah atau warga di luar komunitas. Walapun ada keterlibatan pihak luar komunitas, tapi porsinya lebih besar peran komunitas baik dari segi pendanaan dan metode belajarnya. Peserta lain juga menegaskan, sejatinya pendidikan formal di sekolah atau yang dilaksanakan pemerintah juga memerlukan peran serta masyarakat. Artinya, baik pendidikan berbasis komunitas maupun pendidikan sekolah formal tetap akan memerlukan keterlibatan peran pemerintah di kemudian hari.
Oleh Mahrawi