
Anak-Anak PemberaniAwal kedatanganku, rasa letih usai liburan terus menghantui. Mungkin hanya satu alasanku untuk tetap datang ke sanggar, yaitu tuntutan tugas yang telah ku pilih sendiri. Ya, aku terjebak dalam tanggung jawab dan amanah.
Namun tak hanya itu, aku yang belum sama sekali tahu keadaan mereka dan begitupun sebaliknya justru tertunjuk dan dipercaya untuk mengajar kelas 5 (kelas tertinggi yang boleh dipegang volunteer tidak tetap).
Sedangkan teman-temanku yang setidaknya sudah berinteraksi dengan mereka malah mengajar kelas dibawahnya. Setelah mengajar sekitar seminggu, semua yang aku korbankan terasa tidak sia-sia. Beberapa dari mereka sangat bersungguh-sungguh dalam belajar. Berada dalam kesederhanaan tidak mematahkan semangat mereka dalam belajar.
Pada titik ini, aku mulai teringat.Aku yang mungkin lebih beruntung daripada mereka, pernah merasakan bimbingan belajar berbayar, dan mungkin hampir segala kepenuhan terpenuhi, justru mungkin tidak pernah memiliki rasa semangat belajar seperti mereka. aku sering bolos bimbingan, bermalas-malasan dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan.
Sebaliknya, mereka benar-benar memanfaatkan suatu wadah yang berusaha membuat mereka menjadi lebih baik lagi dan dapat menggapai mimpi mereka. Aku juga tersadar bagaimana susahnya menjadi orang guru memberikan pemahaman kepada muridnya.
Selain itu, aku juga menyadari bahwa sebenarnya pelajar di Indonesia di sekolah yang tidak memiliki fasilitas lengkap sangat sulit untuk mempelajari kurikulum pendidikan Indonesia saat ini. Lagi-lagi aku merasa bersyukur berada dalam kondisi yang tercukupi.
Di luar konteks pendidikan, banyak diantara mereka yang berjiwa pemberani. Saat mereka mempunyai jiwa pemberani inilah yang membuat mereka akan dapat lebih baik. Aku berharap semua dari mereka juga dapat tertular jiwa pemberani teman-temannya. Karena aku punya pengalaman buruk soal keberanian, dimana aku yang dulunya seorang pemalu merasa sangat menyesal. Aku merasa aku bisa lebih lagi daripada aku yang sekarang jika dulu aku pemberani. Dan aku tidak ingin mereka juga merasakan penyesalan yang aku rasakan kelak.
Di tulis oleh Firdaus
Relawan Aeisec Surabaya dan Mahasiswa ITS