Tepat pada tanggal 21 Februari pemerintah menetapkan Hari Peduli Sampah Nasional. Hiruk pikuk kegiatan perayaan dilakukan diberbagai tempat salah satunya dilakukan oleh anak-anak Sanggar Merah Merdeka, kampung Tales, Wonokromo, Surabaya. Meskipun dilakukan pada tanggal 24 bukan tanggal 21, tapi mempunyai tujuan yang sama yakni mewujudkan kampung bersih, sehat dan nyaman.
Seiring bertambahnya penduduk dan padatnya tempat tinggal, sampah menjadi masalah utama dilingkungan warga di kota-kota besar, salah satunya Surabaya. Agar tidak terus menerus menjadi beban dilingkungan, kita perlu gerakan yang masif.
Kegiatan yang biasanya menggunakan azas Kumpul-Angkut-Buang (KAB), sekarang harus lebih maju dengan memanfaatkan sampah menjadi kerajinan, digunakan kembali atau dijadikan kompos.
Dalam kegiatan tanggal 24 Februari kemaren, anak-anak sanggar belajar materi tentang sampah organik dan anorganik serta bagaimana memilah dan mengolah sampah tersebut.
“Rowi kakak pendamping sanggar menjelaskan pada anak-anak bahwa membangun kepedulian sampah harus di mulai dari lingkungan terdekat yakni lingkungan keluarga masing-masing dan dimulai dilakukan sekarang,” ucapnya.
Agar tidak jatuh hanya pada kegiatan perayaan, ia juga meminta anak-anak di rumah menyiapkan minimal dua tempat sampah yaitu sampah organik dan anorganik.
Setiap bulan akan ada kunjungan ke rumah anak-anak oleh kakak pendamping. “Apakah anak-anak sudah menyerap materi yang disampaikan hingga bisa merubah pola pikir dan prilaku mereka? Saat ditanya anak-anak sanggup melaksanakan ajakan tersebut,” imbuhnya.
Seperti kita ketahui bahwa sampah di Indonesia umumnya mengandung 60-80% sampah organik, sisa makanan dan sayuran di rumah. Itu artinya sampah terbesar berasal dari sampah keluarga di rumah. Sampah tersebut sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan dasar utama pembuatan kompos jika mau mengolahnya.
Setelah dijelaskan mengenai sampah organik dan anorganik, anak-anak diajak keliling kampung untuk mencari sampah organik dan yang bukan. Setelah mendapatkan sampah yang dimaksud, anak-anak memilah dan menuliskannya dalam kertas manila.
Setelah melakukan diskusi kelompok, anak-anak diminta untuk melakukan presentasi ke kelompok lain untuk menilai apakah anak-anak sudah bisa memilah sampah organik dan anorganik. Dalam setiap kelompok, anak-anak ternyata semua sudah bisa membedakan sampah yang mudah terurai, organik, dan yang tidak mudah terurai, anorganik,seperti kaleng, botol dan kaca.
Mari kita mulai sejak dini. Bangun kepedulian terhadap lingkungan. Awali dari lingkungan keluarga kita. Lakukan pemilahan. Gunakan sampah lebih menjadi nilai guna dan bermanfaat.
Surabaya, 25 Februari 2019
Sukowi