Perkenalkan saya adalah Imanuel Rudy Wicaksono relawan Sanggar Merah Merdeka (SMM). Saya sekarang sudah berumur 16 tahun dan saya sekolah di SMK ST. Louis Surabaya.
Sebenarnya saya sudah tinggal di sanggar sejak umur 5 tahun, hanya saja dulu saya diadopsi oleh keluarga lain dan sampai akhirnya kembali di sanggar lagi karena ada alasan tertentu. Dulu saat di sanggar setelah aku dikembalikan oleh keluarga yang mengadopsi, saya sempat tidak sekolah selama 1 tahun lebih.
Hari demi hari aku selalu belajar di rumah, dalam bahasa Inggris yaitu Home Schooling. Home Schoolingku dulu dimulai dari jam 7 pagi sampai 12 siang. Pelajaran yang diajarkan yaitu pelajaran sekolah dan mengambil materi dari buku paket tahun kurikulum yang dulu yang sudah tidak dipakai kembali.
Hingga berjalannya waktu ada satu pengalaman yang membuatku tidak bisa dilupakan yaitu mewawancari pedagang kaki lima yang berjualan di depan sekolah SDN Margorejo III, coba bayangkan umur segitu dan masih kelas 4 SD, saya sudah berani mewawancarai orang lain tanpa di dampingi oleh orang lain.
Itulah yang membuatku tak pernah bisa melupakan dengan pengalaman bermakna dan istimewa di usia 9 tahun. Sebenarnya masih banyak pengalaman-pengalaman yang pernah ku alami dari kenakalanku, keberanianku sharing dalam lingkup terbuka, bergaul dengan orang yang tidak dikenal.
Itu semua aku alami sejak aku masih umur 8 tahun, di umur itu aku merasa jika rasa percaya diri dalam hidupku sudah tumbuh.
Umurku sudah 10 tahun, dan saat itu aku diadopsi oleh relawan sanggar yang tinggal di Kediri. Disana aku sekolah di SD YBPK Sambirejo. Semenjak saya sekolah saya jadi anak pemalu, penakut, dan bodoh di dalam kelas.
Semua itu tak pernah membuatku patah semangat, meskipun seperti itu aku membuatnya sebagai pelajaran hidup karena semua manusia pasti memilki kelemahan, dari kelemahan itulah manusia belajar untuk merubah kelemahan itu menjadi yang lebih baik.
Keseharianku saat pulang sekolah, langsung tidur siang, lalu mencari rumput untuk memberi makan hewan kambing, malam hari belajar, lalu menonton TV. setiap hari kulakukan seperti itu, sampai lulus kelas 6 SD.
Pengalamanku selama sekolah aku mengikuti ekstrakulikuler KARAWITAN atau biasa disebut Gamelan. Aku sebenarnya ingin menekuni ekstra tersebut tetapi saya juga harus membagi waktu untuk mencari rumput atau lebih dikenal orang dengan sebutan mengarit.
Telah tiba dikelas perpisahan, yaitu kelas 6. Dikelas 6 ini aku masih lumayan pintar dalam materi hanya saja rendah dalam berhitung, akhirnya menjelang UN ada guru les yang mengajar disekolahku setiap sore. Guru itu sangat baik, dia mengajariku matematika sampai aku paham dan mengerti.
Tibalah dihari kelulusanku, akhirnya aku lulus tetapi aku merasa sedih karena danemku anjlok hanya 20,33 aku bingung harus masuk SMP mana, karena danem nya pas-pasan.
Akhirnya setelah hari Raya Idul Fitri aku memutuskan untuk pergi dari rumah Kediri dan kembali ke sanggar di Surabaya, karena bagi diriku aku membuat keluarga itu kecewa dan diriku juga merasa tersiksa.
Kembalilah aku di sanggar dan bersekolah di SMP swasta umum dekat sanggar di Surabaya, di sekolah itu aku beragama Katolik sendiri dan yang lain beragama islam. Selama aku di sanggar, aku kembali meningkatkan pengalaman hidup untuk bekal masa depanku nantinya. Di sanggar, aku mulai mengajari anak-anak kampung Tales yang keluarganya mayoritas pemulung, penjual sayur, dan pendorong gerobak sampah.
Aku mengajari anak-anak kelas 3 dan 4 SD, materi yang kuajari yaitu Matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Meskipun aku hanya memilki sedikit ilmu tetapi aku ingin berbagi ilmu kepada anak-anak itu, sungguh senangnya mereka belajar bersamaku begitu pun denganku, aku merasa senang berbagi ilmu dengan orang lain. Hari demi hari ku lalui, meskipun tak semuanya itu begitu indah, karena ada asam, pahitnya di kehidupanku.
Selama SMP kelas 7, aku siswa terpintar dalam matematika tetapi aku tidak sombong karena kesombongan akan berakhir keangkuhan. Aku selalu membantu temanku dalam mengerjakan matematika, maupun pelajaran yang lain.
Dikelas 8 aku mulai memikirkan usaha berjualan disekolah, yaitu berjualan sate usus, samose, martabak mini dan gorengan. Usaha nya tidak berjalan lama karena diriku yang harus bangun jam 3 pagi lalu belanja ke pasar Mangga Dua setelah itu memasak lalu sekolah, sampai di sekolah aku selalu tertidur saat jam pelajaran. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berjualan kembali.
Saat kelas 8, aku memperoleh juara 1 dalam lomba panahan tingkat kecamatan. Saat itu aku merasa senang sekali, karena tak sia-sia diriku setiap pulang sekolah untuk mengikuti ekstra panahan.Dikelas 8 ini diriku mulai berubah, yang dulunya pintar sekarang menjadi nakal karena pergaulan yang tidak baik seperti merokok, dan minum beralkohol semua itu pernah aku lakukan hingga akhirnya aku tobat di kelas 9, dan memfokuskan pada UNBK.
Akhirnya aku berhenti menjadi guru bagi anak-anak kampung Tales, dan aku fokus mengikuti les privat di sanggar.
Saat kelas 9, aku memperoleh juara kembali yaitu juara 1 lomba kreasi bungkus gery dalam lingkup sekolah, dan juara 2 dalam berbagai macam sekolah. Aku bangga dan senang karena keringat dan jerih payahku terbayarkan dengan kemenangan ini.
Hari berlalu, dan mendekati UNBK aku merasa belum siap untuk berpisah dengan teman-teman SMP ku. Kelulusan pun tiba, waktu berpisah akan terjadi.
Akhirnya aku lulus, dan melanjutkan sekolah di SMK ST. Louis Surabaya di daerah Tidar. Di SMK aku menemukan sahabat yang paling heboh dan punya lebih banyak teman, tetapi sayang nya jarak antara sanggar di Wonokromo dan SMK di Tidar jauh banget.
Akhirnya Romo yang membimbingku selama ini memutuskan aku untuk tinggal di Gereja Katolik Kristus Raja, disana aku tinggal bersama karyawan Paroki dan aku berangkat sekolah memakai sepeda pancal. Sampai sekarang, disela-sela sekolah dan membantu di Paroki, saya memulai bisnis online shop sebagai media belajar wirausaha.
Sekian cerita dari saya, sebenarnya masih banyak cerita yang menarik dari pengalaman hidupku ini. Hanya saja, diatas sebagai cuplikan atau rangkuman bagi pembaca. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.