
Pandemi Covid-19 sangat berdampak besar khususnya dalam bidang pendidikan. Pembelajaran sistem daring suka dan tidak suka telah berdampak pada hilangnya kesempatan anak untuk berintekrasi dengan guru dan teman-teman mereka di sekolah.
Tak heran jika banyak para pelajar yang sudah mulai putus asa dan bosan dengan adanya pembelajaran melalui daring. Kondisi seperti inilah yang membuat Anggun Elsa Mayanti, Putri Pendidikan Jawa Timur untuk mengajak beberapa mahasiswa FIKOM Universitas Ciputra berkarya bersama anggota SMM (Sanggar Merah Merdeka) membuat kerajinan tie dye pada kaos.
SMM merupakan lembaga yang membantu anak-anak di beberapa kampung yang bisa dibilang kurang mampu untuk memberikan bimbingan serta pendidikan secara gratis, terletak di JL Tales III Jagir, Kec.Wonokromo, Surabaya.
Dengan membuat kegiatan kerajinan tie dye pada kaos anak-anak bisa lebih ceria karena sudah lama terkurung di rumah saja. Tak hanya itu saja, kerajinan ini juga mampu mengasah kreatifitas anak-anak.
“Teknik Tie dye sendiri merupakan salah satu teknik mewarnai kain dengan membutuhkan bantuan pengikat kain yang biasannya menggunakan bantuan karet. Kemudian setelah diberi karet, kain tersebut di celupkan kedalam cairan pewarna di beberapa sisi agar warnanya beraneka ragam. Motif yang ada pada kaos tie dye sangat berwarna dan juga memanjakan mata. Selain itu, motif satu dengan yang lain berbeda-beda. Itulah mengapa timbul kesan ekslusif kaos tie dye yang digunakan,” ungkap Anggun.
Dikatakan, pertama kali ide untuk mengajak anak-anak di Kampung Talas berasal dari keresahan dirinya terhadap kondisi saat ini yang sangat memungkinkan membuat banyak para anak-anak yang sudah mulai bosan dengan kegiatan pembelajaran daring. Dan kerajinan ini juga bisa dikembangkan menjadi kreativitas yang menghasilkan uang.
“Kami juga melakukan edukasi tentang memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjahui kerumunan, mengurangi mobilitas (5M) sehingga anak-anak juga terhindar dari virus Covid-19,” tandasnya.
Sumber:beritajatim.com