Mengenal Sampah Melalui Riset

Selama ini, sekolah mendidik anak-anak didiknya untuk peduli lingkungan dengan cara memberikan materi dan membangun kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Bosan dengan cara-cara itu saja, sanggar mengajak anak didiknya melakukan riset di kampung Tales, Jagir Wonokromo agar mereka peduli dan mencintai lingkungannya. Apalagi di kampung ini padat penduduk, sampah berserakan masih jadi masalah pemandangan warga sehari-hari. Jadi lokasi riset cocok untuk anak-anak sanggar karena mereka juga tinggal di kampung Tales.

Riset sederhana yang anak-anak lakukan adalah mengenal sampah itu apa dan bagaimana kondisinya? Lalu, mereka di ajak mendata jumlah sampah apa saja yang sering di buang warga dan anak-anak di sembarang tempat. Kegiatan ini di lakukan sejak Januari hingga Juni 2018.

Sedangkan, kegiatan riset bulan Juli yang dilaksanakan tanggal 15 Juli kemaren yakni mendata jumlah sampah basah dan kering yang dibuang di tempat sampah. Sekaligus melakukan wawancara pada warga.

Anak-anak melakukan tiga pertanyaan untuk memperoleh informasi dan data. Pertama, berapa jumlah sampah yang dibuang di tempat sampah? Kedua, sampah apa saja yang dibuang di tempat sampah? Ketiga, bagaimana pendapat bapak ibu tentang warga yang membuang sampah bukan pada tempatnya?

Dari hasil kegiatan riset ditemukan untuk satu kepala keluarga minimal menghasilkan sampah satu plastik besar per hari. Sampah yang sering dibuang di tempat sampah yakni sampah basah dan kering. Sampah basah sisa rumah tangga seperti sayuran, buah-buahan. Sampah kering yaitu sampah plastik, bungus jajan, tissue dan pempers. Jumlah sampah basah lebih banyak di bandingkan sampah kering.

“Menurut ibunya Melan membuang sampah sembarangan itu tidak baik karena menimbulkan kotoran dimana-mana dan juga bau busuk. Sampah yang sering dibuang yaitu sampah sisa memasak, plastik dan pempers,” katanya.

“Sedangkan Ibunya Maudi ketika di wawancarai anak-anak mengatakan bahwa membuang sampah sembarangan itu akan menimbulkan banjir karena saluran air di got buntu penuh sampah. Ia juga mengatakan bahwa sampah akan menimbulkan beberapa penyakit karena lalat hinggap di sampah lalu ke makanan anak-anak,” ujarnya.

 

Surabaya, 16 Juli 2018

Sukowi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.