Perayaan Ulang Tahun Sanggar Merah Merdeka yang ke 13 tanggal 24 November 2012 kemarin terlihat meriah. Dengan mengambil tema “ Bersama Sanggar Merah Merdeka Kita Cintai Anak-Anak.” Dan melalui kebersamaan itulah kami bahu membahu untuk mewujudkan impian itu. Impian anak sudah barang tentu tidak terlepas dari peran anak itu sendiri. Melalui tampilan itulah anak-anak bersama Sanggar Merah Merdeka mulai menapaki impian-impian itu, meraih impian-impian itu. Keterlibatan anak-anak juga sangat memacu rasa percaya diri dan bangga. Tentunya ada kesan yang mereka alami setelah acara tersebut sukses. Mereka dilihat orang tua, tetangga, teman sekolah, dan sanggar-sanggar lain dari luar kota. Apa kesan mereka? Mari kita simak ceritanya.
DICKY (PEMAIN PERKUSI DAN TARI)
Aku sangat senang dan gembira sudah bisa tampil di acara Ultah Sanggar. Awalnya waktu latihan sulit sekali, karena banyak jenis pukulan untuk menabuh Jimbe. Tapi setelah beberapa Minggu latihan, akhirnya aku bisa memainkan dengan baik. Untuk menarinya aku sudah hafal karena sudah pernah saya mainkan bersama teman-teman. Pada waktu perayaan Ultah Sanggar di Gedung perintis pada Sabtu (24/11/12) kemarin aku senang dilihat oleh ibuku dan adikku. Ayahku tidak bisa melihat karena masih bekerja. Ibuku bangga sekali padaku, waktu di rumah aku mendapat pujian. Katanya , ”Arek ngene ae kok yo iso nari karo klothek’an apik. Gak nyangka Ibuk.” Aku hanya senyum-senyum saja mendengar Ibuku menceritakan tarianku kepada tetangga sebelah rumah, sambil mengelus kepalaku. Ibuku juga merekam semua kegiatan selama aku tampil untuk diperlihatkan kepada Ayahku. Semoga Ayahku juga senang, sehingga mereka tidak melarangku kalau aku ke sanggar. Karena di sanggar banyak kegiatan positif. Terimakasih untuk mas-mas dan mbak-mbak yang sudah mengajari saya menari dan bermain Jimbe.
AIS (MENARI)
Waktu pentas aku dan teman-teman senang sekali bisa menarikan Lagu Kembali ke Sekolah dari Sherina. Tapi sayang sekali ibu dan bapakku tidak bisa datang karena sakit. Aku sebenarnya ingin mereka datang waktu aku pentas, supaya bapak dan ibuku tahu kalau aku bisa menari. Aku juga ingin tahu apa kata mereka tentang tarianku, bagus atau tidak. Tetapi aku tetap senang karena tarianku dilihat banyak orang dari sanggar lain, tetanggaku dan teman sekolahku. Semoga tahun depan aku bisa menari lagi untuk sanggar. Terimakasih kepada Mbak Ocik yang sudah mengajari gerakan tarian Kembali ke Sekolah.
RINJANI (MENARI)
Aku gemetar dan takut sekali ketika akan tampil, kemudian oleh mbak-mbaknya kita disuruh ambil nafas dan buang nafas sebanyak tiga kali. Setelah itu sedikit lega rasa gemetar di dada. Aku sebenarnya takut kalau tarianku bersama teman-teman ada yang keliru. Karena pasti akan sangat malu karena dilihat banyak sekali penonton, apalagi ada yang dari sanggar lain. Pada waktu tampil ternyata aku malah semangat karena aku melihat, ibu, bapak, dan adikku diantara penonton. Aku bangga sekali bisa tampil dengan bagus memeriahkan Ultah Sangar. Itu juga menjadi pengalaman terbaikku selama ini, menari dengan penonton yang banyak sekali.
DIA (MENARI)
Menari adalah hobiku sejak kecil. Ketika aku dan teman-teman dari Tales disuruh menari sangat senang sekali. Selama proses latihan di sanggar aku senang sekali, ternyata tidak hanya latihan menari saja yang diajarkan, tetapi juga belajar menaati tata tertib yang kita buat sendiri. Selain aku bisa berbagi ilmu menari, aku juga bisa mengembangkan kretifitasku. Kalau pada waktu tampil di pentas Ultah Sanggar, tentu saja aku dan teman-teman bangga dapat memeriahkannya. Ketika sorak penonton bergemuruh, aku dan teman-teman semakin semangat dalam menari. Berarti tarianku dapat diterima dan dinikmati penonton. Aku juga senang melihat teman-teman sanggar menari. Mereka lucu-lucu, apalagi pas tarian Itikiwil itu, aku dan teman-teman sampai tertawa terbahak-bahak.
TEMON (MENARI, PERKUSI, DRAMA)
Baru pertama kali aku main drama. Waktu tampil dredek, dilihat banyak orang. Tapi aku senang karena aku bisa memainkannya sampai selesai. Aku juga menari Itikiwil, tariannya lucu, aku suka sekali, bisa bikin penonton tertawa. Aku juga memainkan Jimbe, telapak tanganku sampai panas. Tapi aku senang sekali, ibuku melihat aku tampil. Waktu aku menari Itikiwil, kulihat ibuku juga tertawa bersama dengan tetanggaku yang melihatnya. Sampai dirumah ibuku menceritakan penampilanku kepada bapak. Terus bapakku mendekatiku,memegang hidungku dan berkata, ”Ternyata yo sumbut karo nakale!” Dan kami pun tertawa bersama. Terimakasih Sanggar Merah Merdeka, Selamat Ulang Tahun ya?