Hak Kita Sama

“Kartini adalah seorang pahlawan wanita yang berjuang untuk hak-hak bagi wanita Indonesia. Berjuang untuk persamaan hak antara wanita dan pria. Karena Kartini pula, sekarang banyak wanita yang bisa sekolah dan berkarir tak kalah dengan pria,” Kata Pak Heru menjelaskan pada pembukaan acara Kartini di Sanggar Merah Merdeka (20/04/ 2012). Lebih lanjut, Pria yang bekerja di SMA St. Louis ini menuturkan, hak antara wanita dan pria adalah sama. Jadi, anak-anak di sanggar harus bisa saling menghormati, tidak boleh membedakan antara wanita dan pria, semua saling melengkapi.

Hasil tempelan kelompok kami…

Setelah Pak Heru selesai bicara, anak-anak kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan menempel biji-bijian pada karton. Dalam satu kelompok sengaja dibaurkan antara anak-anak wanita dan pria. Awalnya anak-anak juga tidak mau dicampur, karena tidak biasa dan malu. Tetapi akhirnya anak-anak mau juga dan bisa menerima. Proses menempel baru bisa kita mulai setelah semua kelompok mendapatkan biji-bijian, kertas karton bergambar, lem , daun-daunan dan gunting yang dibagikan oleh kakak-kakak pendamping. Awalnya kami bingung mau menempel biji apa, anak-anak banyak yang berdebat untuk mengusulkan biji atau daun apa yang harus ditempel. Tetapi setelah diberikan beberapa contoh oleh Pak Philip dan Mbak Ochik, anak-anak sudah mulai bisa memilih biji atau daun apa yang sesuai. Baik itu warnanya maupun bentuknya. Dari menempel itu pula kami juga tahu nama biji-bijian yang selama ini jarang kami jumpai.

Batas waktu untuk menempel sudah selesai. Anak-anak kemudian membersihkan sisa biji dan daun, setelah bersih, kita berkumpul kembali dengan hasil karya memuaskan. Meskipun masih banyak gambar yang belum sempat tertempeli biji dan banyak biji-bijian yang copot karena lemnya kurang kering. Kami kemudian ditanya oleh Mas Heru, bagaimana rasanya dalam satu kelompok wanita dan pria dalam mengerjakan hasil karya menempel itu. Ada yang bilang tidak enak, karena yang wanita cerewet, banyak pilih-pilih biji sehingga telat dalam mengerjakannya. Yang wanita juga tidak mau kalah, mereka bilang kalau yang pria grusa-grusu asal tempel sehingga hasilnya jelek.

Dari beberapa jawaban anak-anak itu kemudian Mas Heru memberikan pernyataan, kalau berdebat dalam kelompok itu hal yang lumrah. Tetapi yang harus diingat adalah kita harus menghormati usulan orang lain dan tidak boleh memandang itu wanita atau pria yang usul. Karena hak setiap manusia sama dan harus kita hormati bersama.

oleh Risma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.