Bulan Agustus menjadi sebuah kesempatan istimewa bagi kami para relawan Sanggar Merah Merdeka. Sebuah program di Sanggar Merah Merdeka, untuk mengisi liburan lebaran, para relawan diajak untuk belajar atau magang ke tempat pendampingan anak-anak baik itu sanggar atau sekolah alternative. Pada kesempatan kali ini, sanggar mengirim kami ke dua tempat, sekolah alternative SALAM (Sanggar Anak Alam) Jogja dan Yayasan Sosial Soegijapranata, tempat menampung dan mendidik tuna wisma, juga pendampingan belajar bagi anak-anak sekitar.
Untuk kali ini, saya ingin menceritakan pengalaman selama seminggu mengikuti kegiatan belajar mengajar di Sanggar Anak Alam. SALAM merupakan sebuah lembaga non-formal yang didirikan dan dibentuk oleh Ibu Sri Wahyaningsih, yang akrab dengan panggilan Bu Wahya. SALAM dibentuk karena keprihatinan dari Bu Wahya sendiri mengenai konsep pendidikan yang diterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan formal. Konsep yang begitu kaku dan memaksa terhadap anak, membuat anak-anak tidak bisa bebas dalam mengekspresikan diri. Ilmu pokok yang diajarkan di Salam adalah Pangan, Kesehatan, Lingkungan, dan Sosial Budaya. Ke empat pokok inilah yang menjadi dasar dalam keseharian pengajarannya. Nilai filosofis yang diterapkan pada anak-anak adalah Menjaga Diri, Menjaga Teman, dan Menjaga Lingkungan.
Pokok pembelajaran kami di SALAM adalah mengenai keprihatinan dari Bu Wahya tentang pendidikan formal dan bagaimana keprihatinan itu disikapi dalam berbagai bentuk konsep pembelajaran yang diterapkan pada anak-anak, baik pembelajaran formal dan pembangunan karakter.
Banyak hal lebih dari itu yang kami pelajari, salah satunya adalah bagaimana Sanggar tersebut menerapkan konsep pembelajaran melalui alam dan lingkungan sekitar. Anak-anak diajak untuk mengenali lingkungan di mana mereka tinggal dan bagaimana menjaga lingkungan tersebut agar tetap seimbang. Di dalam keseharian pun anak-anak ini diajarkan untuk bisa menjaga diri dan menjaga teman, sehingga bisa menempatkan diri dalam lingkungan. Selama bersama mereka. Banyak hal baru yang benar-benar baru kami alami ketika bersama Sanggar Anak Alam. Kadang waktu dalam sehari pun serasa tidak cukup untuk bisa menikmati semua hal-hal baru di sana.
Nilai-nilai yang dianut oleh Sanggar terasa hidup dan sungguh dihidupi oleh masyarakatnya. Menjaga Diri, Menjaga Teman, dan Menjaga Lingkungan adalah filosofi yang selalu didengungkan dalam keseharian sehingga anak-anak pun terbiasa dengan filosofi ini. Begitu kuat nilai-nilai yang diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan keseharian, kami yang baru beberapa hari berkenalan dengan kehidupan itu bisa merasakan bagaimana nilai-nilai itu hidup dan dihidupi di antara anak-anak.
Dengan beragam anak dari berbagai latar belakang yang berbeda menjadikan anak-anak ini mampu mempunyai jiwa toleransi yang sangat tinggi terhadap sesamanya, termasuk dengan teman-teman mereka yang mempunyai kebutuhan khusus dan ini menjadikan nilai Menjaga Teman hidup secara nyata di antara anak-anak itu sendiri. Bahkan dengan lingkungan Sanggar yang terletak di tengah alam terbuka dengan akses keluar yang begitu mudah tidak menjadikan anak-anak itu lupa bahwa mereka harus mampu Menjaga Diri dan Menjaga Lingkungan karena dalam diri mereka membawa jiwa Sanggar Anak Alam.
Dalam konsep pembelajaran filosofi yang hidup adalah pembelajaran lokal bermuatan global, artinya anak-anak belajar dari hal-hal yang bisa mereka temui di lingkungan sekitar dan yang biasa ada di antara mereka, kemudian dari hal-hal tersebut akan ditarik ke berbagai pelajaran formal. Cara mereka belajar pun cukup menarik bagi kami, anak-anak diminta untuk mencari benda-benda atau hewan atau apa pun yang menurut mereka menarik, kemudian anak-anak mencatat dan nanti akan dibahas bersama.
Penting bagi para fasiilitator bahwa anak-anak harus mengalami proses, bukan sebuah hasil yang menjadi patokan utama. Lingkungan keluarga pun menjadi tempat belajar yang penting bagi anak-anak. Orang tua menyadari sepenuhnya bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan di Sanggar Anak Alam ini. Dan menyadari sepenuhnya akan kebutuhan anak-anak untuk tetap bisa bermain selain memang dituntut untuk belajar. Sosialisasi dari fasilitator mengenai konsep pembelajaran dan program-program sekolah yang akan diterapkan pada anak-anak mereka selalu dilakukan tiap sebulan sekali, selain bertujuan untuk selalu meng-update mengenai pembelajaran sekolah, juga untuk menjaga tali silaturahmi SALAM dengan orang tua. Hal ini menjadikan orang tua turut merasakan memiliki SALAM, sehingga di rumah pun budaya-budaya yang dibawa dari sekolah tetap diberlakukan.
Sungguh berharap bahwa nilai-nilai yang hidup di Salam bisa dihidupkan juga di Sanggar Merah Merdeka tanpa meninggalkan jati diri Sanggar itu sendiri. Bagaimana nilai-nilai yang ada dalam jiwa Sanggar Merah Merdeka ini bisa dihidupi oleh seluruh masyarakat Sanggar.
oleh Ratna Pitasari