Tak terasa, kunjungan kami ke Kampung Tales sebagai relawan pengajar anak-anak sudah berjalan 3 kali. Benar-benar terasa berbeda. Awalnya kami hanya sekedar mencari nilai tugas, tapi ternyata yang kami dapatkan disini bukanlah hanya nilai tugas, namun pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga dan tidak bisa kami lupakan. Kami sendiri juga heran, kenapa bisa begitu.
Hari pertama, kami sampai di sanggar cukup tepat waktu, dan setelah itu langsung diantar oleh relawan-relawan lain dari sanggar ke Kampung Tales dengan motor. Sesampainya di Kampung Tales, kami langsung disambut oleh belasan anak kecil yang sudah stand by di pos depan. Betapa awkward nya reaksi kami ketika disambut oleh anak-anak tersebut yang tanpa segan atau malu mengajak kami ngobrol seperti sudah akrab saja. Kami belajar banyak dari anak-anak tersebut tentang rasa malu yang tidak perlu ditahan-tahan. Herannya, dengan cepat kami bisa akrab dengan anak-anak yang ada disana. Setelah itu kami mulai dibagi berdasarkan kelas. Ada yang mengajar kelas TK- kelas 2, ada yang kelas 3-4, ada yang kelas 5-6, ada pula yang SMP. Kebetulan saya sendiri mendapat bagian kelas 3-4. Sesuai dugaan, memang agak susah untuk mengajar anak-anak yang masih belum mempunyai kesadaran untuk belajar, namun saya berusaha sebaik mungkin walaupun saya sendiri orangnya agak kaku dan susah menghadapi anak-anak. Tak terasa 2 jam pun lewat dan kami kembali ke sanggar untuk evaluasi dan kemudian pulang jam 9 malam.
Hari kedua, sudah nggak ada kekhawatiran, keluhan, dsb. untuk mengajar anak-anak lagi. Seakan-akan sudah mulai terbiasa dengan kegiatan ini. Hari ini, saya mengajar kelas 6, tapi anak-anak kelas 6 nya lari nggak tahu kemana, dan setelah kucari ternyata dia sudah sama relawan lain. Kebetulan ada anak TK yang suka nongkrong di tempat kelas 6 belajar, ya akhirnya aku ngajar dia deh. Bener-bener beda, kelas 6 dan TK, kelas 6 itu lebih “terkontrol” daripada TK. Ada satu pengalaman unik yang aku dapatkan hari ini. Entah kenapa karena bosan, tiba-tiba aku ngomong beberapa kata bahasa mandarin. Tiba-tiba, seorang anak bernyanyi lagu “bukalapak emang cincai” dan mengatakan “mas e cino yoo”. Ini guyonan yang agak sensitif sih, tapi yah namanya anak-anak, jadi aku maklum saja.
Hari ketiga, ada ekstrakulikuler, namun ada halangan di ekstra itu, jadi akhirnya diputuskan oleh relawan sanggar lain untuk mengajak anak bermain di pos 4 (kalau nggak salah). Seru juga sih bermain sama anak-anak itu, karena aku senang melihat wajah mereka begitu ceria. Betapa lelahnya juga main sama anak-anak karena diajak kejar-kejaran kesana dan kemari. Memang, yang namanya anak-anak kalau diajak bermain dan belajar beda banget responnya.
Jadi kurang lebih itulah, pengalaman yang aku dapatkan selama menjadi relawan di sanggar merah merdeka. Yang awalnya kupikir hanya buat tugas dan buang-buang waktu saja, namun ternyata kami sekelompok mendapat pengalaman berbeda-berbeda yang sangat berharga. Ah, rasanya kangen juga udah seminggu lebih nggak ketemu anak Tales. Terima kasih banyak Sanggar Merah Merdeka atas kesempatan yang diberikan kepada kami.
Steven Adrian (Siswa SMAK St.Louis 1 Surabaya)