Tepatnya tgl 19-21 Agustus kemarin, saya beserta relawan dan anak-anak dari Sanggar Merah Merdeka berangkat ke Klakah (Ranu Klakah) terletak di kaki gunung Lemongan. Kami ke sana dalam rangka belajar gerakan penghijauan yang sudah lama dilakukan teman-teman Laskar Hijau.
Jumat malam, kami tiba di Klakah langsung dijemput dan menuju Ranu Klakah untuk istirahat. Pagi harinya kami disuguhi panorama Ranu Klakah yang sangat indah, sehingga beberapa anak menyempatkan diri untuk mengabadikan momen tersebut sambil bergaya. Kira-kira pukul 11.00 kami berangkat ke rumah juru kunci gunung Lemongan yaitu Mbah Citro. Perjalanan dengan medan yang sangat alami, jalan tidak beraspal atau jalan makadam yang merupakan satu-satunya akses untuk menuju rumah Mbah Citro.
Sesampainya dirumah Mbah Citro kami beristirahat sejenak dan bersiap untuk mendaki ke posko Laskar Hijau yang terletak ditengah hutan. Pendakian terasa nyaman, teman-teman bergantian bernyanyi atau hanya sekedar melucu.
Sesampainya di posko, kami mencoba menu dengan memanfaatkan tumbuhan yang ada di hutan untuk dimasak, semisal daun pakis, daun papaya, dsb. Sambil menunggu Gus Aak (pendiri dari Laskar Hijau) kami menyantap makanan yang telah disediakan. Pada saat Gus Aak tiba di posko, kami langsung diajak lagi untuk pendakian lebih ke atas, ke tempat di mana kami akan melakukan penanaman pohon atau bibit. Disertai dengan cuaca yang panas kami mendaki lagi untuk melihat lokasi yang akan dilakukan penanaman.
Sungguh pemandangan indah yang terhampar di depan mata, karya agung dari Sang Pencipta yang membuat kami mengabadikan momen tersebut. Hal ini sangat perlu ditanamkan kepada anak-anak jaman sekarang untuk menjaga kelestarian alam, di mana alam ini merupakan pemberian dari Allah. Manusia wajib menjaga agar ekosistem di alam agar tidak punah.
Pada malam hari di posko tidak ada listrik sehingga penerangan hanya menggunakan lilin. Namun malam terasa indah, karena bulan purnama sedang menyapa. Esok paginya pada pukul 08.30 kami kembali mendaki untuk melaksanakan aksi penghijauan dengan beberapa teman dari Pecinta Alam Lumajang.
Kami semua sangat senang dan gembira walaupun mendaki dengan membawa pupuk dan bibit tanaman yang akan ditanam. Rasa lelah telah terlupakan ketika kami menanam bibit tanaman, walaupun ada beberapa lokasi yang agak sulit dijangkau karena ada alang-alang . Dan itu bukan menjadi penghalang kami untuk melakukan kegiatan penanaman tersebut.
Siang hari kami turun kembali ke posko untuk beristirahat dan sejenak berkumpul untuk saling berkenalan dan berkomitmen untuk menjaga alam. Alam sudah menyediakan semua keperluan manusia. Bagaimana kita sekarang memperlakukan alam?
Oleh Adistra “Brewok”