Bim salabim, abrakadabra, siang itu beberapa pendamping dan anak-anak sedang melakukan trik sulap yang menyenangkan. Bukan merubah air menjadi anggur ataupun membuat tongkat menjadi sekuntum bunga, namun yang lebih hebat, kami semua merubah yg tak ada menjadi ada. Ya, yang kami rubah adalah pribadi dan lingkungan kami.
Satu grup, dengan media berupa cat, kuas, air, dan tembok sebagai media gambar, kami menyulap dinding yang semula kosong menjadi tampak berwarna. Berwarna dengan coretan gambar dan warna yang mungkin bagi sebagian orang hanya dilirik sebagai gambar yang tak jelas, abstrak, tak bernilai, namun bagi kami semua, gambar itu sangat bermakna, indah dan tak ternilai. Ada yang menggambar not balok, gitar, naga, vespa, bunga, maupun menulis kata-kata yang memberikan motivasi. Setelah mensketsa gambar yang diinginkan, kami pun di ajak untuk mengenal berbagai macam warna dasar dan pencampuran warna. Kemudian mewarnai sketsa gambar dan memoles hingga menjadi suatu gambar yang menarik. Ruangan yang semula kosong, berubah menjadi ruangan yang penuh dengan warna.
Grup yang lain, dengan media baskom, pisau, sendok, tepung, dan beras, menyulap bahan makanan yang telah dibelanjakan oleh Firda, Vina dan Fais pada malam sebelumnya menjadi santapan makan siang yang tak kalah menarik. Dan mengisi perut kami di siang hari.
Bebas. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kegiatan pada hari minggu tersebut. Bebas berekspresi. Bebas berkarya. Bebas berimajinasi. Bebas sebebas-bebasnya.
Oleh Vero