Di setiap tahun dalam bulan Ramadhan, Sanggar Merah Merdeka secara rutin mengadakan buka bersama dengan anak-anak dampingan dan para relawan. Acara bukber di tahun ini, seperti biasa, diadakan di Pos RT 4 kampung Tales pada hari Minggu sore, 19 Juni 2016, hingga selesai sholat tarawih. Banyak orang terlibat. Di samping anak-anak dan para relawan, Romo Wawan juga mengundang kawan-kawan dari Kampoeng Sinaoe Sidoarjo untuk membantu. Anehnya, sebelum acara dimulai, sebelum jam 4 sore sudah terlihat sebagian anak-anak ngguya-ngguyu kegirangan datang lebih awal. Senang, ini membuktikan antusiasme anak-anak pada setiap acara bukber.
Tema besar bukber tahun ini berkisar pada pemahaman tentang arti dan makna dalam puasa, sebagaimana sudah direncanakan oleh kawan relawan. Bukber kali ini diisi dengan kegiatan pada pos-pos pemahaman dan bermain. Jumlahnya ada tiga pos. Pos pertama bertema pemahaman soal puasa dan pos kedua tentang pemahaman sholat tarawih. Pada pos ketiga anak-anak diajak bermain puzzle, maksudnya adalah menyusun puzzle kaligrafi doa buka puasa dan menjelaskan maknanya yang berkaitan dengan doa. Masing-masing pos akan ditemani oleh kakak-kakak remaja dan kawan-kawan dari Kampoeng Sinaoe Sidoarjo.
Persiapan yang dilakukan terbilang sederhana, hanya menggunakan perlengkapan yang gampang didapatkan dan pasti murah meriah. Selang beberapa menit setelah kita menata rampung semua lokasi untuk bukber, menyiapkan alas untuk sholat, menyapu tempat yang akan digunakan untuk pos-pos, anak-anak mulai berdatangan satu demi satu. Kurang lebih pada jam 4 sore anak-anak sudah semuanya berkumpul di pos RT 4 untuk bersiap memulai acara bukber. Semuanya berjumlah hampir sembilan puluh anak. Anak-anak yang masih TK, SD, dan SMP semuanya bercampur di bawah dua terop. Terop dibagi menjadi dua, dibagian belakang khusus untuk anak-anak perempuan, dan di depan khusus anak-anak laki-laki.
Lufita dan saya, yang kebetulan ditunjuk sebagai pembawa acara, memulai acara dengan menyampaikan apa saja kegiatan dalam bukber kali ini, sambil sedikit guyonan, karena anak-anak terlihat lemas karena berpuasa. Suasana mulai menjadi sedikit riang. Agar lebih menyemarakan suasana, supaya menjadi lebih gembira, Jonatan mengajak anak-anak bermain, hanya game sederhana tapi sukses mengelabui rasa lapar dan haus anak-anak.
Dalam suasana yang riang, anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Anak-anak TK sampai dengan kelas 3 SD memiliki kelompok dan pos khusus tentang pemahaman sholat, dsb. Sedangkan bagi anak-anak yang duduk di kelas 4 SD sampai SMP dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mengunjungi pos-pos. Ramai tapi sedikit mendung dan sempat gerimis pada saat itu serta membuat ‘dilema’ kawan-kawan yang ada. Untunglah, akhirnya mendung bergeser, tak lama kemudian menghilang digantikan dengan cahaya matari sore. Cukup menyinari sore itu, melegakan semuanya dan acara bukber tetap berlanjut.
Ketika proses berlangsung saya berjalan-jalan mengunjungi pos-pos. Pos pertama yang saya kunjung adalah pos ‘menyusun puzzle’. Sesekali saya membantu secara tidak langsung, juga “mengganggu”, karena itu tugas saya. Pindah lagi ke pos berikutnya, sudah disinggahi kawan-kawan remaja dan kawan-kawan dari Kampoeng Sinaoe. Di pos berikutnya lebih tenang dibanding dengan pos pertama karena memang anak-anak sedang mendengarkan semacam kultum yang dibawakan oleh kawan dari Kampoeng Sinaoe. Tidak sempat mengunjungi semua pos dan karena waktu sudah menunjukkan saatnya berbuka puasa. Anak-anak kembali pada tenda hijau. Sebelum sholat maghrib para relawan membagikan takjil kepada semua anak. Es kopyor dan roti kukus, rasanya lumayan untuk membatalkan puasa.
Waktu sholat maghrib yang singkat membuat anak-anak menjadi tergopoh dan tergesa saat mengambil wudhu, sehingga sempat dorong-dorongan dalam barisan yang memanjang. Sesuatu hal yang mengasyikan. Saya dan kawan relawan penjaga air wudhu mengakali menjadikannya tiga antrian. Dengan diimami oleh seorang teman dari Kampoeng Sinaoe, mereka sholat dengan kusyuk kepada Allah SWT.
Begitu juga semua makanan nasi campur yang sudah dilahap habis oleh semuanya membuat saya dan mereka lebih bersemangat. Anak-anak dan kawan-kawan yang muslim bergegas mengambil wudhu untuk menjalankan sholat tarawih bersama-sama, sedangkan saya dan kawan relawan yang lain mmenyiapkan buku dan makanan ringan buah tangan untuk anak-anak.
Semua berakhir dengan sesuai harapan. Anak-anak pulang dengan gembira. Meskipun lelah, kami semua ikut gembira bersama anak-anak. Acara yang sukses mengelabui rasa lapar-haus mereka, memaknai puasa mereka, dan melahirkan kegembiraan tanpa perbedaan.
Terbesit di benak, sepenggal lirik dari sebuah lagu yang bagi saya cukup jarang didengar kuping kawan-kawan, Aku adalah Kamu. Mudah-mudahan pas dipersembahkan untuk penutup secuil kisah sederhana ini, begini yang sepenggal itu;
Tanah yang kuinjak, langit yang kujunjung sama sepertimu
Udara yang kuhirup, kau hirup juga
Dingin yang kau rasa, kurasakan sama
Nada yang kau dendangkan sama indahnya, harmoni symphony dunia
Kendati doa terucap beda
Anugerah yang sama kita terima
Aku adalah kamu, manusia yang sama
oleh Darius Tri Sutrisno