Kegiatan Bercocok Tanam di Sanggar Merah Merdeka

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Burung-burungpun mulai bernyanyi dan matahari mulai beranjak dari persembunyian. Masih sanggat terasa hawa dingin yang menusuk tubuh ini. Aku memulai hari-hariku dengan senyum ceriaku, seperti halnya matahari yang selalu siap menerangi bumi di waktu pagi.

 

Pagi hari adalah waktu yang cocok  ditemani secangkir kopi. Itu sudah menjadi kebiasaanku dari SMP di pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Hari ini waktu sudah menunjukkan pkl. 06.30 WIB aku harus mulai bersiap-siap untuk menjalankan kegiatan yang bagiku sanggat membosankan yaitu aktivitas kerja, harus memakai celana rapi, seragam kerja, sepatu dan bla.. bla… bla…

Senja datang dan langitpun mulai menghitam, mengiringiku untuk segera pulang. Kebetulan hari ini di Sanggar Merah Merdeka (SMM) mengadakan kegiatan belajar bercocok tanam untuk anak-anak kampung Tales. Sanggar mengadakan kegiatan ini bukan semata-mata untuk media pembelajaran berkebun / cocok tanam, tetapi lebih dari itu semua yakni seperti penanaman nilai moral yang terkandung dalam kegiatan kecil ini, menanamkan jiwa kasih sayang dan peduli kepada mereka, bukan hanya memberi kasih sayang kepada sesama manusia akan tetapi lebih bersifat universal (semua mahluk hidup). Apa lagi di era moderen saat ini orang tak lagi peduli akan lingkungan alam sekitar, tidak lagi menjaga ekosistem dan tidak lagi menjaga apa yang telah Alloh SWT ciptakan, yang akhirnya saat ini dimana-mana sudah merasakan akan dampak dari global warming.

 

Malam ini kami mengajarkan kepada anak-anak cara menyemai benih. Tanaman yang kami pilih untuk belajar adalah tanaman kangkung. Kenapa harus tanaman kangkung? mungkin juga banyak yang bertanya soal ini. Kenapa tidak tanaman lain seperti cabai, wortel dll, oke coba saya jelaskan secara singkat.

 

Pertama : tanaman kangkung mudah tumbuh; kedua : kangkung sering dijumpai di pasar (sebagai salah satu tanaman yang banyak diolah untuk dijadikan sayur oleh masyarakat); ketiga : selain tumbuh dengan cepat, kangkung juga tidak sulit karena kangkung tidak terlalu ribet dalam merawatnya.

Itulah kenapa hal itu kami pertimbangkan untuk kami pakai dalam memberikan pembelajaran ke anak-anak, dan kebetulan juga kita mempunyai simpanan benih tanaman tersebut (ya itung-itung meminimalisir dana yang di keluarkan. Heeee.. heeee… ).

 

Tiga hari kemudian, tepatnya di hari minggu pagi, kami melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu memindahkan bibit tanaman yang sudah berkecambah ke media tanam. Kali ini banyak keseruan yang kami lakukan bersama dari mengambil media tanam sampai pemindahan bibit tanaman yang sudah disemai anak-anak.

 

Kegiatan diawali dengan mengajak anak-anak untuk mencari tanah di sekitar rel kereta api Wonokromo, yang kebetulan berada di samping kampung anak-anak. Tak kusangka anak-anak sangat antusias dan bersemangat, tanpa dikomando anak-anak langsung bergegas untuk mengambil tanah lalu membawanya ke pos tempat berkegaiatan (pos RT 07 Tales). Kemudian anak-anak kami ajak untuk berani kotor dengan belajar mencampur tanah dengan sekam maupun pupuk yang sudah disiapkan. Setelah selesai mencampur, anak-anak memasukan ke media tanam yang sudah mereka bawa (pot-pot kecil). Tahap terakhir anak-anak memindahkan bibit semaian ke media yang sudah berisi tanah. Sebelum pulang anak-anak diberikan tugas untuk mengamati dan mencatat perkembangan tanaman yang mereka bawa pulang.

Kegiatan ini sanggar berikan kepada anak-anak bertujuan untuk mengajarkan mereka untuk senantiasa selalu merawat dan menjaga apa yang mereka miliki, saling bekerja sama (gotong royong), dan satu hal lagi “tidak banyak yang dapat kita lakukan sendiri akan tetapi sangat banyak yang perlu kita lakukan bersama-sama untuk menciptakan sebuah keluarga yang menghadirkan kepedulian terhadap sesama, lingkungan, alam sekitar “

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Oleh : Joko (relawan sanggar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.