Membangun budaya menabung susahnya luar biasa

Ditengah budaya masyarakat yang sangat konsumtif dan terbelakang seperti Indonesia, membangun pengelolaan keuangan yang sehat dengan cara menabung sangatlah membutuhkan tenaga dan pemikiran yang ekstra. Apalagi itu terjadi di masyarakat yang latar belakang pendidikannya rendah.

 

Mereka hanya mau menabung jika ada uang lebih. Mereka pun yang mau menabung hanya sebatas menyisihkan uang agar sewaktu-waktu bisa digunakan saat darurat. Menabung belum menjadi tujuan investasi jangka panjang.

 

Mereka yang mau menyisihkan dan menyimpan uang juga bukan di tempat yang pas, mereka menabung di kaleng bekas biskuit, toples, celengan kaleng, atau celengan gerabah sehingga uang tidak berkembang.

 

Bahkan mereka ada yang menabung di bank dan koperasi abal-abal. Padahal menabung di bank dan koperasi palsu hanya akan menguntungkan orang kaya yang mempunyai uang lebih besar.

 

Begitupun di masyarakat RW 10 Tales Jagir Wonokromo Surabaya budaya menabung masih belum menjadi kebiasan sehari-hari. Mereka mau menabung jika ada dana lebih. Faktanya mereka rata-rata kerjanya di sektor informal, uangnya tidak pernah lebih. Bahkan pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Sehingga rentenir tumbuh sumbur di kampung ini.

 

Selain penghasilannya tidak pasti karena mayoritas bekerja jadi kuli bangunan, pemulung, tukang becak, tukang parkir dan pedagang kaki lima, juga kecakapan pengelolaan uang yang rendah. Mereka belum bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

 

Oleh karena itu, warga Tales dilatih bagaimana mengelola uang secara bijak dan benar. Mereka belajar satu minggu sekali untuk merubah cara berfikir. Kenapa cara berfikir yang harus dirubah terlebih dahulu? Karena pikiran yang salah akan menyebabkan tindakan yang salah. Tindakan yang salah pada akhirnya tak merubah apapun kondisi dan keadaan.

 

Selain belajar meningkatkan kualitas keilmuan, warga RW 10 Jagir juga belajar bagaimana menyisihkan uang di koperasi yang dibangun melauli konsep kerja sama, swadaya dan pendidikan. Mereka mulai belajar menabung di koperasi 10% dari penghasilan meskipun hanya segelintir warga.

 

Walaupun tidak mudah membangun budaya menabung pada masyarakat Tales yang mayoritas berlatar belakang pendidikan dasar, bahkan ada yang butuh huruf, upaya-upaya mengedukasi warga terus dilakukan secara intensif agar mereka keluar dari kemiskinan turun temurun.

 

Surabaya, 18 Februari 2018

Mahrawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.