Jangan ke pasar becek kotor!!
Jangan pegang pisau nanti keiris!!
Jangan dekati wajan nanti keceplosan minyak!!
Piringnya tidak usah dicuci, daripada pecah dan ga bersih… bla2…
Larangan emak-emak biasanya seperti itu terhadap anaknya. Tidak dengan kami disini. Kami mulai memilih tanggung jawab masing-masing. Beberapa hari sebelum masak bersama, kami berunding mau masak apa lalu membagi tugas siapa yang belanja dan belanjanya apa saja. Setelah berunding, anak-anak memutuskan akan memasak penyetan tahu, tempe & telor.
Pukul 19.00 saat malam minggu tiba, anak-anak Sanggar Merah Merdeka sudah siap berkumpul di Pos Tales VII. Mereka berjalan kaki menuju pasar Mangga Dua Surabaya untuk berbelanja kebutuhan masak bersama esok harinya. Mereka dibagi 2 kelompok untuk belanja bahan yang sudah didaftar sebelumnya. Keberanian anak-anak muncul secara spontan dalam berinteraksi dengan penjual misalnya menawar harga ataupun memilih bahan yang bagus.
Minggu pagi pukul 08.00 anak-anak sudah berbondong-bondong membawa sendok, piring, gelas untuk makan bersama serta wajan, sutil, baskom untuk memasak. Tak hanya itu saja, mereka pun juga membawa bahan seperti kulit pisang, kuli jeruk, kulit nanas, kulit manga, air, gula, dan botol air mineral untuk membuat enzyme cleaner dari kulit buah.
Apa itu enzyme cleaner? Enzyme cleaner adalah cairan pembersih serbaguna yang bisa digunakan untuk obat pel atau pun membersihkan pakaian dari noda yang membandel. Kelebihan membuat enzyme cleaner yaitu bahan yang diperoleh sangat mudah. Cukup dengan kulit buah yang biasa kita buang lalu difermentasikan selama 2 minggu.
Anak-anak dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama memasak dan kelompok kedua membuat enzyme cleaner. Kelompok kedua masih dibagi lagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok Jeruk, Mangga, Pisang dan Nanas. Anak-anak dipandu oleh kakak-kakak sanggar dalam melakukan tugas ini. Tak hanya kakak sanggar tapi ibu mereka pun juga turut membantu. Menggoreng, mengocok telur, mengupas bawang hingga mengiris sampai pedih dimata anak-anak yang melakukan semua. Alhasil tak satu pun dari mereka terluka bahkan mereka terlihat puas dengan hasilnya. Mereka makan dengan lahap. Setelah makan usai, mereka mencuci piring yang mereka pakai dan tak lupa membereskan ruangan agar kembali seperti semula.
Kegiatan makan minum sehat seperti ini tak hanya berujung makan bersama tapi lebih dari itu. Mereka menjadi tak takut memegang pisau, berani menggoreng bahkan mengatur menu makanan yang biasa ibu mereka lakukan. Selain makan minum sehat anak-anak diberi pelatihan untuk membuat enzyme cleaner. Harapannya kulit-kulit buah yang tak terpakai bisa mereka manfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Bahkan ketika belanja di Pasar Mangga Dua Sabtu malam itu, Mbak Lufita salah satu kakak sanggar yang ikut mendampingi mendengar celetukan mereka “Loh iku lo ono kulite jeruk bisa dibawa besok minggu”. Dari situ saya merasa bahwa mereka sudah peka terhadap barang-barang yang masih bisa digunakan walaupun sampah sekalipun. (Sari Fuji)