Sampah menjadi masalah dalam kehidupan manusia karena tak semua orang sadar membuang pada tempatnya. Tak hanya anak-anak yang membuang sampah di sembarang tempat, orang dewasa pun buang sampah bukan pada tempatnya seperti di kampung halaman rumah, jalan raya dan sungai.
Kenapa anak sejak dini sudah berprilaku buruk membuang sampah bukan pada tempatnya? Itu tidak terlepas dari perilaku orang dewasa yang sering dilihat oleh anak-anak. Oleh karena itu, bulan puasa yang penuh berkah dan edukasi manusia baik bagi orang tua tidak hanya mengajarkan anak spritual semata menahan haus dan lapar tapi juga untuk semakin peduli pada lingkungan hidupnya. Puasa yang diamanahkan oleh Tuhan yang Maha Esa yaitu sebagai media pendidikan manusia untuk terus memperbaiki dirinya untuk menjadi orang tidak serakah, tidak pemarah, penyayang dan tidak merugikan orang lain.
Di bulan suci ramadhan ini adalah waktu yang tepat bagi anak-anak mendapatkan pendidikan pentingnya menjaga lingkungannya. Anak perlu diajarkan pentingnya pengolahan sampah baik organik maupun yang tidak organik sebagai bagian dari pendidikan karakter. Dan itu baik jika dilakukan sejak dini.
Mengapa anak perlu diberikan pendidikan peduli lingkungan sejak dini? Karena anak adalah peniru ulung ketika masih kecil. Mereka belajar dari apa yang dilihat dan di lakukan oleh orang dewasa.
Maka, anak-anak Tales, Jagir, Wonokromo, Surabaya dari berbagai usia mulai dari usia 6 tahun hingga usia 15 tahun, pada tanggal 25 Mei 2018 yang lalu belajar pengelohan sampah di pusat daur ulang (PDU) Jambangan, Surabaya sebagai proses penguatan karakter anak. Ada 47 anak yang terlibat dalam pendidikan pengelolaan sampah.
Ketika anak tiba di lokasi PDU, anak di perkenalkan mulai dari proses menyortir sampah organik dan yang bukan hingga proses penghancuran sampah dan pembuatan pupuk kompos oleh koordinator PDU Jambangan, Dwijo Warsito.
Bau sampah yang menyengat membuat beberapa anak-anak muntah walaupun sudah memakai masker. Tapi, anak-anak juga senang melihat sampah yang tak berharga di rumahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat setelah melihat langsung proses pemanfaatan sampah.
Dwijo Warsito dalam penjelasannya pada anak-anak mengatakan bahwa pupuk yang menyuburkan tanaman di kota Surabaya salah satunya berasal dari pupuk hasil olahan PDU Jambangan, katanya.
“Sampah yang bukan organik seperti sampah kemasan, plastik warna, plastik transparan, kertas, botol plastik, dan kaleng dijadikan bahan kerajinan di rumah-rumah warga,” imbuhnya.
Dwi berpesan pada anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan selain merugikan orang lain juga merugikan dirinya.
Di akhir belajar, anak diajarkan untuk membuat kerajinan dari bahan sampah seperti tempat tabungan, daun dari plastik dan berbagai macam kerajinan lainnya.
Kegiatan belajar pengolahan sampah di tutup dengan buka puasa bersama.
Surabaya, 6 Juni 2018
Sukowi