Proses atau kegiatan dengan anak-anak Sanggar Merah Merdeka (SMM) pertama kali dimulai pada tanggal 23 April 2018. Pada kesempatan pertama ini, saya melakukan aktivitas bersama dengan teman-teman dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Berbeda halnya dengan saya yang baru memulai kegiatan dengan melihat bagaimana situasi di sanggar, teman-teman dari UKWMS sudah hampir satu bulan beraktivitas dengan anak-anak sanggar. Melalui pertemuan pertama ini, saya berkesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak TK dan SD kelas 1 dan 2, secara khusus satu anak laki-laki bernama Novan. Meskipun pada awalnya saya melihat bahwa Novan adalah salah satu anak yang kurang mau mengikuti aturan selama aktivitas sanggar dan cenderung ramai, namun setelah lebih akrab berinteraksi, Novan bisa sedikit mengubah sikap untuk lebih rajin belajar dan mengikuti aktivitas dengan baik. Meskipun materi pada hari Senin itu adalah matematika, namun di penghujung proses belajar, Novan justru merasa semakin akrab dan meminta saya untuk membantunya menggambar, bahkan tidak mengizinkan saya pulang sebelum gambar tersebut selesai.
Berbeda halnya dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua, tepatnya hari Kamis, 26 April 2018, saya mendapat kesempatan untuk berproses bersama anak-anak SD kelas 3 dan 4. Pada aktivitas kali ini, materi pembelajaran yang dibahas adalah bahasa inggris. Saya berkesempatan untuk menyiapkan materi pada hari itu, dimana anak-anak kelas 3 dan 4 sangat antusias saat mempelajari materi terkait bagian tubuh manusia (body parts) dan ejaan angka (spelling). Dimulai dari adanya permainan “sebut nama” yang dilakukan secara bergiliran, sekaligus cara untuk memperkenalkan diri kepada saya dan Demes, keseluruhan kegiatan pada malam itu sangat interaktif. Menurut saya, pada proses kali ini, anak-anak kelas 3 dan 4 cenderung lebih ramai dan nakal, khususnya Wulan, salah satu anak kelas 4. Namun, antusias dan ketertarikan dari anak-anak kelas 3 yang hadir pada pertemuan malam itu, yakni Sella, Sinta, Iis, Iim, dan Ribby, terlihat dengan jelas. Antusias tersebut ditunjukkan dari keinginan mereka untuk mempelajari secara berulang-ulang dan tidak bosan hingga mereka dapat menghafalkan materi terkait bagian-bagian tubuh manusia tersebut.
Berbeda halnya dengan proses belajar pada pertemuan sebelumnya, materi bahasa inggris yang saya bawakan pada kegiatan tanggal 3 Mei 2018 berkaitan tentang benda-benda di sekitar lingkungan mereka. Berdasarkan adanya keinginan dari anak-anak pada minggu sebelumnya, keseruan mewarnai suasana pada malam itu. Berbeda halnya dengan pertemuan sebelumnya, kali ini dikarenakan materi yang dipelajari oleh kelas 3 dan 4 sama, maka forum tidak terbagi menjadi dua. Meskipun terdiri dari cukup banyak anak, kondisi malam itu cenderung kondusif karena masing-masing anak tekun mengerjakan soal latihan setelah sesi lisan dilakukan. Tidak hanya itu, sekaligus sebagai upaya tindak lanjut atau evaluasi proses belajar sebelumnya, penerapan materi melalui kalimat-kalimat sederhana menjadi cara yang sangat solutif untuk memudahkan mereka memahami materi.
Pertemuan keempat, sekaligus aktivitas belajar bersama anak-anak SMM terakhir, berlangsung pada tanggal 7 Mei 2018. Tidak seperti aktivitas belajar sebelumnya, dikarenakan anak-anak akan menempuh ujian keesokan harinya, maka kegiatan belajar pada hari itu dilakukan sesuai materi ujian masing-masing anak. Pada kesempatan ini, saya berkesempatan untuk mendampingi Nuno belajar materi Tema 5 dan 6, yakni belajar matematika, bahasa Indonesia, dan pendidikan kewarganegaraan. Nuno adalah salah satu anak sanggar yang tergolong penurut dan sangat rajin dalam belajar. Sekalipun pada saat itu mendapat gangguan dari teman-temannya, Nuno tetap dengan tekun mengerjakan soal-soal latihan ujian miliknya. Meskipun baru mengenal Nuno pada pertemuan kali ini, serupa halnya dengan Novan, saya dan Nuno dapat dengan mudah menjadi akrab hingga akhir proses belajar malam itu.
Melalui kegiatan yang telah berjalan selama kurang lebih tiga minggu tersebut, saya merasa bahwa hal-hal sederhana seperti menggambar dan bermain bersama menjadi suatu hal yang sangat berharga bagi mereka. Keseluruhan rangkaian kegiatan bersama teman-teman SMM juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Meskipun hanya berjumpa sekitar tiga jam per harinya, sudah banyak sekali pengalaman tidak terlupakan yang bisa saya ingat, dimulai dari kegiatan bermain, bernyanyi, dan belajar bersama anak-anak TK dan SD kelas 1, 2, 3, dan 4, hingga melakukan evaluasi rutin bersama relawan dan seluruh tim SMM. Menurut saya, seluruh rangkaian kegiatan yang saya lakukan dengan anak-anak Kampung Tales tidak hanya sebatas bermain dan belajar bersama anak-anak, melainkan juga sebagai bentuk penyadaran diri bahwa hal-hal sederhana seperti bermain, bernyanyi, dan belajar selama kurang lebih 1,5 jam dalam sehari menjadi bentuk quality time yang sangat berharga. Tidak hanya itu, melalui aktivitas-aktivitas yang saya jalani selama kurang lebih dua minggu ini, saya juga merasa bahwa penanaman perilaku sopan santun dan belajar menabung perlu diterapkan sejak dini. Di sisi lain, tidak hanya menekankan pada kegiatan yang melibatkan anak-anak, kegiatan yang melibatkan orang tua, khususnya ibu-ibu setempat, dalam mengelola atau mengembangkan lingkungan sekitar juga penting. Hal tersebut berguna untuk memajukan warga dan lingkungan sekitar agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman. Akhir kata, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan untuk berproses bersama tim dan relawan SMM, bersama dengan anak-anak. Tidak hanya sampai di sini pula, semoga di luar keterlibatan dengan adanya tugas perkuliahan ini, saya dapat terus berproses bersama teman-teman Sanggar Merah Merdeka.
Christofora Adeline Lieadi
(Mahasiswi Universitas Airlangga)