Sanggar Merah Merdeka, Candu yang Bikin Rindu

Pertama mengenal Sanggar Merah Merdeka adalah dari tugas mata kuliah konseling komunitas pada tahun 2009. Tuntutan kampus yang harus melibatkan diri secara langsung pada komunitas tertentu selama tiga bulan. Pada waktu itu saya Meiz, Kiky, dan Mia ingin mancari pengalaman belajar yang berbeda. Karena sebelumnya saya sudah pernah pada komunitas panti asuhan, panti jompo, waria dan gay.

 

Alamat sanggar kami peroleh dari google. Pertama datang kami disambut hangat Mas Heru, salah satu relawan sanggar dan kami dikenalkan pada Romo Wawan, sosok wibawa dan bijaksana. Di awal keterlibatan kami pada kegiatan sanggar kami langsung merasakan sensasi yang luar biasa. Tidak butuh waktu lama untuk kami menyesuaikan dengan anak-anak sanggar dan waktu tiga bulan kebersamaan dengan anak-anak sanggar terasa sangat singkat, mungkin karena kami telah memiliki kedekatan secara emosional. Bahkan ketika di hari terakhir kami menjalani tugas kuliah di sanggar, penuh dengan keharuan, banyak tangisan, dan akhirnya kami berjanji untuk kembali, walaupun sudah tidak ada tuntutan dari kampus. Tuntutan dari kampus terhapus, dan berganti tuntutan dari hati.

 

Akhirnya janji kami penuhi, kami tetap datang ke sanggar disela-sela kesibukan. Senyum bahagia anak-anak sanggar adalah kebahagiaan bagi kami. Ketulusan mereka memanggil nurani. Inilah awal candu yang bikin rindu. Bukan mereka yang belajar dari kami. Justru kamilah yang belajar tentang universitas kehidupan dari mereka. Kebersamaan kami banyak membuat cerita.

 

Sampai di awal 2011, kami lulus dan diterima kerja. Semenjak itulah sanggar sebatas kenangan. Tidak ada waktu untuk sekedar bertandang.

 

Sampai pada akhir tahun 2016, akhirnya punya kesempatan bermain dan belajar ke sanggar lagi. Dorongan yang paling kuat untuk belajar ke sanggar adalah karena sekolah tempat saya mengajar, peserta didiknya memiliki latar belakang yang beraneka ragam dari berbagai kalangan dan mengingatkan pada anak-anak sanggar dulu. Sehingga saya merasa perlu belajar dan menimba ilmu  kepada para relawan di Sanggar Merah Merdeka. Perlu di chager dan di upgrade ilmunya. Karena ilmu saya hanya sebatas teori, para relawan sanggar-lah yang sudah banyak prakteknya. Inilah yang membuat Sanggar Merah Merdeka selalu bikin candu dan bikin rindu akan ilmu.

 

Walaupun fokus kegiatan sanggar yang sekarang berbeda jauh dengan yang dulu, justru semakin banyak hal yang bisa saya ambil dan dipelajari.

 

Gita Wardani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.